PENGARUH PELAKSANAAN SHOLAT TAHAJUD
TERHADAP KETENANGAN JIWA MAHASISWA BIDIKMISI PUTRA ANGKATAN 2015 DAN 2016
PROPOSAL
Disusun Guna
Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester (UAS)
Mata Kuliah: Pelatihan
Karya Tulis Ilmiah
Dosen
Pengampu: Irzum Farihah, S.Ag. M.Si
Disusun Oleh:
Muhammad Ashim
Abdul Jalil
1530210021
PROGRAM STUDI ILMU AQIDAH
JURUSAN
USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
TAHUN AKADEMIK
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kehidupan modern yang keras dan kompetitif
banyak menimbulkan stress. Apalagi bagi mereka yang hidup dengan tingkat
mobilitas yang tinggi. Jalanan yang macet, persaingan dalam usaha dan karir
yang keras, serta beban hidup yang semakin berat menyumbangkan kadar stress
yang tinggi terhadap setiap orang. Bila seseorang merasakan suatu perasaan
yangtidak menentu, panik, takut tanpa
mengetahui apa yang ditakuti dan tidak dapat segera mengatasi atau
ketidakmampuan menghilangkan perasaan cemas dan menggelisahkan itu, maka ia
dapat dikatakan sedang mengalami gangguan mental atau ketidaksehatan mental
yaitu ketidakmampuan individu dalam menghadapi realitas yang membuahkan banyak
konflik mental pada dirinya.[1]
Jiwa yang tidak tenang atau cemas menurut
Freud (1933/1964) adalah suatu keadaan perasaan efektif yang tidak menyenangkan
yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya
yang akan datang. Keadaan yang tidak menyenangkan itu sering kabur dan sulit
menunjuk dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri selalu di rasakan.[2]
Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat
dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya
sangat kuat dan bersifat negatif justru malah akan menimbulkan kerugian dan
dapat mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan.
Selain shalat fardhu, Islam juga menganjurkan
manusia untuk melaksanakan shalat sunnah. Diantara sholat sunnah yang sangat dianjurkan
salah satunyaadalah sholat tahajud. Sholat sunnah ini adalah amalan yang sangat
besar pahala dan manfaatnya jika dilaksanakan oleh seorang muslim. Diantara
manfaatnya yaitu untuk menghilangkan perasaan tidak tenang, cemas, atau pun
stres. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ar-Ra’d ayat 28, yang aartinya: “(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Berawal dari latar belakang masalah tersebut,
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil sebuah judul: “Pengaruh
Sholat Tahajud Terhadap Ketenangan Jiwa Mahasiswa Bidikmisi Putra Angkatan 2015
Dan 2016.”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut maka untuk
memberikan arahan operasional dalam rangka mengupayakan penentuan
langkah-langkah penarikan kesimpulan secara nyata. Maka secara operasional
penulis merumuskan beberapa pokok-pokok masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
pengaruh Sholat Tahajud terhadap ketenangan jiwa mahasiswa Bidikmisi putra
angkatan 2015 dan 2016 ?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian kali ini adalah untuk:
1.
Mengetahui pengaruh Sholat Tahajud
terhadap ketenangan jiwa mahasiswa Bidikmisi putra angkatan 2015 dan 2016.
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat di tinjau secara
praktis, yaitu jika sholat Tahajud berpengaruh terhadap ketenangan jiwa mahasiswa
Bidikmisi putra angkatan 2015 dan 2016 berarti sholat Tahajud disini dapat
digunakan sebagai alat intervensi dalam menurunkan tingkat kecemasan
mahasiswa Bidikmisi putra angkatan 2015 dan 2016.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Deskripsi Teori
1.
Ketenangan Jiwa
a.
Pengertian ketenangan jiwa
Tenang adalah
keadaan tidak gelisah, tidak rusuh, tidak kacau, tidak ribut, aman dan
tenteram, (tentang perasaan hati, keadaan dsb).[3]
Jiwa adalah nyawa seluruh kehidupan batin manusia yang terjadi dari perasaan,
pikiran, angan-angan dsb. [4]An
nafs (jiwa) artinya adalah diri. Sifat yang labil yang yaitu sifat yang
mengalami degradasi bolak-balik, seperti resah, terkadang tenang, bahagia,
sesaat kemudian sedih. An nafs ialah jiwa rohani yang bersifat latif, rabbani,
dan kerohanian.
Menurut
pandangan Zakiah Daradjat bahwa kesehatan mental adalah terwujudnya
keharmonisan yang sungguh-sungguh antara faktor jiwa, serta mempunyai
kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan
secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.[5]
Menurut
Kartini Kartono (1989: 4) orang yang jiwanya tenang selalu berusaha bagaimana
cara orang memecahkan segenap keruwetan batin manusia yang ditimbulkan oleh
macam-macam kesulitan hidup, serta berusaha mendapatkan kebersihan jiwa, tidak
terganggu oleh macam-macam ketegangan, ketakutan serta konflik.[6]
Dari beberapa
pendapat di atas dapat dipahami bahwa orang yang sehat mentalnya atau tenang
jiwanya adalah orang yang memiliki keseimbangan dan keharmonisan di dalam
fungsi-fungsi jiwanya, memiliki kepribadian yang terintegrasi dengan baik,
dapat menerima sekaligus menghadapi realita yang ada, mampu memecahkan segala
kesulitan hidup dengan kepercayaan diri dan keberanian serta dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.
b.
Ciri-ciri orang yang memiliki
ketenangan jiwa
Dari beberapa pengertian ketenangan jiwa di
atas dapat kita ketahui bahwa orang yang tenang jiwanya memiliki ciri-ciri
diantaranya sebagai berikut:
1.
Pecaya Kepada Tuhan / Beriman
Kepada Allah
Agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia,
yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, kelakuan dan cara menghadapi
tiap-tiap masalah.[7] Orang
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT secara benar, di dalam hatinya tidak
akan diliputi rasa takut dan gelisah. Ia merasa yakin bahwa keimanan dan
ketaqwaannya itu aklan membawa kelegaan dan ketenangan batinnya.
2.
Selalu bersyukur dan menerima
keadaan
Orang yang tenang hatinya akan selalu
mesyukuri dengan apa yang diberikan dan yang dimilikinya maka ia pun akan
selalu berusaha untuk bisa menerimanya.
3.
Selalu berfikiran positif
Pola pikir positif adalah cara berpikir yang
optimis terhadap lingkungan dan diri sendiri. Individu yang biasa berfikir
positif tidak akan mudah menyalahkan diri sendiri maupun lingkungan apabila
terjadi kesalahan.
Berfikir positif mempunyai pengaruh yang
positif terhadap kondisi psikologis, daya tahan stres, kesehatan fisik, dan
merupakan suatu metode yang baik untuk menghadapi stres.[8]
4.
Berusaha memecahkan setiap masalah
yang dihadapi dengan tenang
Seseorang yang jiwanya tenang ia tidak akan
gelisah sebab ia mampu mengendalikan atau menghadapi problema yang terjadi.
Orang yang gelisah menandakan bahwa ia belum mampu menghadapi masalah yang
terjadi pada dirinya. Hati yang tidak tenang atau gelisah harus diatasi. Dengan
mengupayakannya untuk tetap bersikap dan berfikir tenang dalam menghadapi
setiap masalahnya. Dengan selalu bersikap dan berfikir tenang lambat laun
ketenangan jiwa itu akan dimiliki.[9]
5.
Mampu menyesuaikan diri
Dalam hidup bermasyarakat seseorang harus
menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya yaitu, membangun dan
mengembangkan dirinya sendiri secara serasi dalam masyarakat tersebut.
6.
Mampu menahan amarah
Orang yang mampu menahan amarahnya ia akan
merasakan keamanan menyelimuti hari-harinya, sehingga ia menjadi tenang. Karena
amarah menimbulkan suatu akibat yang secara psikologis akan merusak ketenangan
pikiran atau kedamaian batin seseorang.[10]
2.
Sholat Tahajud
a.
Pengertian sholat Tahajud
Tahajjud artinya bangun dari tidur. Dalam
terminologi al-Qur‟an, tahajjud adalah ibadah tambahan (nafilah) yang dilakukan
pada malam hari, baik di awal, tengah, atau akhir malam.[11]
Shalat tahajjud artinya shalat sunnah yang
dikerjakan pada waktu malam hari setelah tidur lebih dahulu walaupun tidurnya
hanya sebentar. syafi‟I berkata: ”shalat malam dan witir baik sebelum atau
sesudah tidur dinamai tahajjud. Orang yang melaksanakan shalat tahajjud disebut
mutahajjid.[12]
Muhammad Shalih Ali Abdillah Ishaq dalam kitab
Kaifa Tatahammas Liqiiyamil Lail, menyamakan Tahajjud dengan Qiyamul Lail.
Jadi, Tahajjud atau Qiyamul lail adalah menghidupkan malam (terutama pada akhir
malam) dengan shalat tahajjud, atau mengaji al-Qur‟an, atau segala aktivitas
lain yang bernilai ibadah.[13]
Dari pendapat diatas sholat tahajud adalah shalat
sunnah yang dikerjakan pada waktu malam hari setelah tidur lebih dahulu
walaupun tidurnya hanya sebentar.
b.
Hukum sholat Tahajud
Para ulama‟ sepakat bahwa hukum shalat
tahajjud bagi kaum muslimin adalah sunnah muakkad (sunnah yang ditekankan). Hal
ini berdasarkan nash dari al-Qur‟an, sunnah dan ijma‟ kaum muslimin. Diantara
dalil yang menunjukkan bahwa hukum shalat tahajjud adalah sunnah diantaranya,
Firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Isra:79, yang artinya: “Dan pada sebahagian
malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu;
Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.”[14]
Shalat tahajjud wajib atas Rasulullah sebagai
pengagungan kepada Beliau. Kewajiban ini merupakan kekhususan bagi Beliau dan
tidak berlaku pada yang lainnya. Hal ini berdasarkan firman Allah Swt dalam
Q.S. Al-Muzammil: 1-4, yang artinya: “Hai orang yang berselimut (Muhammad),
Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),
(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari
seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.”
c.
Jumlah bilangan sholat tahajud
Tidak ada ketentuan dan batasan pasti mengenai
jumlah raka‟at shalat tahajjud Rasulullah berbeda-beda. Kadang beliau
mengerjakan sebanyak tiga belas raka‟at termasuk shalat witir. Berdasarkan
hadist yang diriwayatkan oleh Zaid bin Khalid dan Ibnu Abbas, berkata: “ Kami
disuruh oleh Rasulullah Saw. melakukan shalat malam dan supaya menggemarinya
sehingga Rasulullah Saw. mengatakan‟ Lakukan shalat malam sekalipun satu
raka‟at‟, (HR Ath-Thabrani).[15]
Amat beragam bilangan rakaat dan model shalat
tahajjud yang dijalankan oleh Rasulullah Saw. berikut ini diuraikan hanya beberapa
model yang dipandang bersumber pada hadis yang shahih dan terkenal dikalangan
kaum Muslimin. Ketiga hadis ini menunjukkan bervariasinya bilangan rakaat dan
model yang ditempuh Rasulullah Saw. dalam menjalankan shalat tahajjud.
Rasulullah Saw. pernah shalat tahajjud sebelas rakaat: sepuluh rakaat shalat
tahajjud, dengan tiap-tiap dua rakaat salam, dan witir satu rakaat.[16]
d.
Etika/adab melaksanakan sholat
Tahajud
Terdapat beberapa etika yang perlu
diperhatikan oleh orang yang hendak melaksanakan shalat tahajjud. Etika itu
adalah sebagai berikut:
1. Wudhu dan
berdo‟a sebelum tidur.
Wudhu sebelum tidur merupakan sunnah
Rasulullah. Berdasarkan hadist yang artinya: Nabi Saw. bersabda kepada Al
Bara‟ bin „Azib r.a: Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka berwudhulah
seperti wudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah diatas lambungmu yang kanan…..”(Muttafaqun
‘alaihi: 6311, 6882).[17]
2.
Berniat akan melakukan shalat
tahajjud ketika akan tidur. Ini sesuai dengan sabda Nabi Saw: “Barangsiapa
mau tidur dan berniat akan bangun melakukan shalat malam, lalu ia tertidur
sampai pagi hari, mereka dituliskan apa yang diniatkan itu merupakan sedekah
untuk Tuhan, (HR. Ibnu Majah dan Nasa‟I).
3.
Membersihkan bekas tidur dari
wajahnya, kemudian bersuci dan memandang ke langit sambil berdo‟a dan membaca
akhir surah Ali-Imran.
4.
Membuka shalat tahajjud dengan shalat
iftitah.
5.
Hendaknya membangunkan keluarganya
untuk bersama-sama shalat tahajjud.
6.
Jika mengantuk sebaiknya shalatnya
dihentikan saja sampai kantuknya hilang.
7.
Jangan memaksakan diri dan
hendaklah shalat tahajjud dijalankan sesuai dengan kesanggupannya. Karena itu
mengondisikan diriadalah cara yang baik. Karena, bila sudah terbiasa bangun
ditengah malam, rasa berat dan kantuk akan tidak ada.
8.
Sangat dianjurkan pada waktu malam
untuk banyak memohon (berdo‟a) dan istighfar kepada Allah SWT. Khususnya
sepertiga malam (yakni beberapa jam menjelang waktu fajar).
e.
Manfaat dan hikmat melaksanakan
sholat tahajud
Berikut adalah manfaat, tujuan, atau makna
anjuran Allah Swt. kepada kita agar mengerjakan shalat sunnah tahajjud pada
malam hari, diantaranya sebagai berikut:
1.
Orang yang shalat tahajjud akan
memperoleh macam-macam nikmat yang menyejukkan pandangan mata (QS 32: 16-17).
2.
Memperoleh tempat yang terpuji,
maqamam mahmuda, baik didunia maupun diakhirat, disisi Allah Swt.
3.
Dihapuskan segala dosa dan
kejelekannya dan terhindar dari penyakit. (HR At-Tirmidzi).[18]
4.
Shalat sunnah tahajjud merupakan
pelengkap bagi shalat fardhu.
5.
Shalat sunnah tahajjud merupakan
cara, sarana, metode, atau jalan untuk memohon kepada Allah Swt. sesuai dengan
keperluan masing-masing.
6.
Shalat sunnah tahajjud juga
dimaksudkan untuk memuji kebesaran Allah Swt.
7.
Shalat sunnah tahajjud merupakan
shalat tambahan yang berfungsi meningkatkan pendekatan dan kedekatan kita
kepada Allah Swt.
8.
Menyehatkan raga
Selain pahala besar yang bisa dinikmati kelak
di akhirat, Allah juga memberi karunia luar biasa bagi para pengamal shalat
tahajud salah satunya adalah kesehatan raga. Rasulullah SAW bersabda:
“Lakukanlah shalat malam karena itu adalah
tradisi orang-orang shaleh sebelum kalian, sarana mendekatkan diri kepada
Allah, pencegah dari perbuatan dosa, penghapus kesalahan, dan pencegah segala
penyakit dari tubuh” (HR, Tirmidzi).
9.
Menenangkan jiwa
Orang yang menegakkan qiyamul lail akan
terpelihara dari gangguan setan sehingga bangun di pagi hari dalam keadaan
segar dan bersih jiwanya. Jiwa yang baik adalah jiwa yang memiliki hati yang
memiliki kecenderungan ke arah kesucian ruh. Dalam pandangan Islam, setiap hati
manusia itu memiliki dua kecenderungan, yakni kecenderungan kearah kesucian
(ruh) dan kecenderugnan ke arah kekotoran (tubuh). Jiwa yang baik merupakan
jiwa yang selalu berpusat pada Allah SWT.[19]
10.
Merawat kecantikan dan ketampanan
Melalui terapi shalat tahajud, seseorang akan
mampu meraih apa yang didambakannya berupa kecantikan dan ketampanan. Jaminan
ketampanan atau kecantikan yang dihasilkan dari shalat tahajud tidak terbatas
pada tampilan lahir, tetapi juga menghasilkan ketampanan atau kecantikan batin.
Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang banyak menunaikan shalat malam maka
wajahnya akan terlihat tampan atau cantik di siang hari” (HR. Ibnu Majah).
B.
Hasil Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah literatur serta hasil
penelitian yang ada relevensinya terhadap skripsi yang akan diteliti, sebagai
bahan pertimbangan dalam mengupas berbagai masalah yang ada. Diantaranya
adalah:
1.
Skripsi Arifah Puji Handayu,
mahasiswi jurusan Tarbiyah, PRODI PAI, STAIN Salatiga, tahun 2012, dengan
judul: “Hubungan Antara Intensitas Melaksanakan Shalat Tahajud dengan
Ketenangan Jiwa Mahasiswa Pengurus Lembaga Dakwah Kampus STAIN Salatiga.”
Menyatakan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara intensitas melaksanakan shalat
tahajud dengan ketenangan jiwa. Setelah data dianalisis menggunakan rumus
teknik korelasi product moment dan diperoleh rxy sebesar 0.440 kemudian
dikonsultasikan dengan tabel product moment dengan N = 34 pada taraf
signifikan 1% sebesar 0,436. Maka dari itu berarti rxy lebih besar dari nilai
tabel 0,436> 0,440.
C.
Kerangka
Berpikir
Shalat tahajjud artinya shalat sunnah yang
dikerjakan pada waktu malam hari setelah tidur lebih dahulu walaupun tidurnya
hanya sebentar. Waktunya yaitu mulai ba’da Isya’ sampai sebelum subuh. Dan
waktu yang paling utama adalah sepertiga malam yang terakhir, yaitu jam 1
sampai jam 3 malam. Hikmah atau manfaat melakukan sholat tahajud selain membuat
hati dan jiwa menjadi tenang yaitu dapat meningkatkan kecerdasan. Sepertiga
malam yang terakhir adalah waktu yang paling baik belajar dan menghafal.
Ketenangan jiwa adalah terwujudnya
keharmonisan yang sungguh-sungguh antara faktor jiwa, serta mempunyai kesanggupan
untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara
positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Orang yang tenang jiwanya tidak akan
resah dan gelisah. Ia akan selalu bersikap dingin dan berpikir positif yang
dicerminkan dalam perilakunya sehari-hari.
Dari uraian diatas, diduga sholat tahajjud
begitu berpengaruh terhadap ketenangan jiwa mahasiswa Bidikmisi putra angkatan
2015 dan 2016. Karena orang yang bisa bangun malam hanya sedikit dan termasuk
orang-orang pilihan. Orang yang bangun pada malam hari untuk melaksanakan
sholat tahajud adalah orang yang memiliki ketenangan hati yang sangat tinggi,
karena malam adalah waktu yang paling baik untuk menenangkan diri, karena
suasana yang tenang dan sunyi.
D.
Hipotesis
Penelitian
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data
permasalahan yang terkumpul.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
1. Ada pengaruh
yang signifikan antara sholat Tahajud terhadap ketenangan jiwa mahasiswa Bidikmisi
putra angkatan 2015 dan 2016.
2. Pelaksanaan
sholat Tahajud lebih baik dalam meningkatkan ketenangan jiwa mahasiswa
Bidikmisi putra angkatan 2015 dan 2016.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di STAIN Kudus, yang beralamatkan di Jl. Conge, Ngembal Rejo, Bae,
Kudus.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu dari tanggal 1 mei 2017 sampai 30 mei 2017.
B.
Jenis Penelitian
Sejalan dengan tujuan yang ingin diperoleh
dalam penelitian ini, Maka penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti disini
merupakan penelitian kuantitatif, yaitu menekankan pada data-data numerical (angka)
yang di olah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif
dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan
menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan
hipotesis nihil. Dengan metoda kuantitatif akan diperoleh signifikansi hubungan
antar variabel yang diteliti.[20]
C.
Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.[21]
Sedangkan menurut Sumanto populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang
menjadi subyek penelitian dan elemen populasi itu satuan analisis.
Dalam
penelitian ini penulis mengambil populasi seluruh mahasiswa Bidikmisi putra
angkatan 2015 dan 2016 yang berjumlah 47. Angkatan 2015 ada 22 orang, angkatan
2016 ada 25 orang.
2.
Sampel
Sampel adalah
bagian dari populasi untuk mewakili dari seluruh populasi.[22]
Apabila subjek yang diteliti kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua.
Sedangkan jika jumlah subyek lebih dari 100 maka dapat diambil 10-15% atau
20-50% atau lebih.
Jumlah
mahasiswa yang menjadi objek penelitian ini adalah 47 orang, itu artinya kurang
dari 100. Maka dari itu, peneliti
mengambil sampel 47 mahasiswa Bidikmisi putra angkatan 2015 dan 2016.
D.
Variabel Penelitian dan Definisi
Operasional
1.
Variabel bebas: Sholat Tahajud
a.
Definisi
1)
Sholat Tahajud adalah shalat sunnah
yang dikerjakan pada waktu malam hari setelah tidur lebih dahulu walaupun
tidurnya hanya sebentar. Waktunya yaitu mulai ba’da Isya’ sampai sebelum subuh.
b.
Indikator: angket yang disusun
berdasarkan indikator yang telah disebutkan dalam bab II
c.
Skala pengukuran: ordinal
(menggunakan angket)
2.
Variabel terikat: ketenangan jiwa
a.
Definisi
Ketenangan jiwa yaitu keadaan jiwa yang
ditandai dengan terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara
unsur-unsur kejiwaan, adanya kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang
biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Selain itu keadaan resah, gelisah, dan strees adalah tanda jiwa yang sedang
tidak sehat.
b.
Indikator: angket yang disusun
berdasarkan indikator yang telah disebutkan dalam bab II
c.
Skala pengukuran: ordinal
(menggunakan angket)
E.
Metode Pengumpulan Data
Adapun dalam
memperoleh data, penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut :
1.
Metode Angket
Angket
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.[23]
Metode ini
penulis gunakan untuk memperoleh data pelaksanaan shalat tahajud mahasiswa Bidikmisi
putra angkatan 2015 dan 2016.
2.
Metode Dokumentasi
Menurut
Suharsimi Arikunto, dokumentasi yaitu laporan tertulis dari suatu peristiwa
yang isinya terdiri atas penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu, dan
tertulis dengan sengaja untuk menyimpan keterangan atau merumuskan keterangan
mengenai peristiwa untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan dan buku.[24]
Metode ini
penulis gunakan untuk mengetahui jumlah mahasiswa dan data tentang riwayat hidup dari objek
penelitian. Catatan kesehatan atau riwayat penyakit juga dibutuhkan dalam
penelitian ini. Ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebelumnya sampel pernah
mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan atau tidak.
3. Metode
Observasi.
Observasi
adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala-gejala yang nampak
pada obyek penelitian. Observasi dilakukan dengan cara melihat dan merasakan
situasi dan kondisi pada saat penelitian.[25]
Metode
observasi ini digunakan untuk mencari data tentang pelaksanaan sholat Tahajud
terhadap ketenangan jiwa mahasiswa Bidikmisi putra angkatan 2015 dan 2016.
4. Metode
wawancara
wawancara
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden (orang yang
diwawancarai).[26]
Interview ini
dilakukan oleh peneliti dengan responden yang dapat menunjang pelaksanaan
penelitian yang bertujuan mencari informasi. Adapun metode wawancara ini
peneliti pergunakan untuk memperoleh data tentang hal-hal yang dialami
mahasiswa Bidikmisi putra angkatan 2015 dan 2016.
F.
Prosedur Penelitian
Di bawah ini adalah bagan bagaimana
proses penelitian dilaksanakan:
G.
Analisis Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.[27]
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah angket. Angket dibuat untuk mendapatkan data mengenai pelaksanaan sholat
tahajud, dan keadaan jiwa dari sampel penelitian.
Instrumen yang bagus adalah instrumen yang
valid dan reliabel. Valid artinya terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Sedangkan
reliabel adalah keadaan ajeg, yaitu apabila digunakan berkali-kali tetap
menunujukkan hasil yang sama.[28]
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2007. Metoda Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Bungin,
Burhan. 2001. Metodologi Penelitian
Sosial. Surabaya: Airlangga University Press.
Daradjat,
Zakiyah. 1982. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.
Departemen Agama RI. 2010. Al-Hikmah Al-Qur‟an
dan Terjemah. Bandung: CV Penerbit Diponegoro.
Hadi, Sutrisno. 1977. Statistik Jilid II.
Yogyakarta: Yayasan penerbitan fakultas Psikologi UGM.
Kartono,
Kartini, dan dr. Jenny Andari, 1989. Hiegine Mental Dan Kesehatan Mental
Dalam Islam. Bandung : Manadar Maju.
Mualifah.
2009. Psycho Islamic Smart Parenting. Yogyakarta: Diva Press.
Mubarak, Saiful Islam. 2005. Risalah dan
Mabit Shalat Malam. Bandung: Syaamil.
Muhyidin,
Muhammad. 2009. MisteriSholatTahajjud. Yogyakarta : DIVA Press,.
Mustika, M.
Shodiq. 2008. Lejitkan Semua Kecerdasan Melalui Shalat. Jogjakarta: DIVA
Perss.
Nuruddin, M. Yazid. 2009. Keistimewaan
Shalat Tahajjud. Insan Media.
Purwanto dan
Mulyono. 2006. PsikologiMarah. Bandung : PT. Refika Aditama.
Semiun OFM,
Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.
Sholeh, Moh. 2006. Terapi Shalat Tahajud. Jakarta:
PT. Mizan Publika.
Silalahi, Gabril Amin. 2003. Metodologi
Penelitian Studi Kasus. Sidoarjo: CV. Citramedia.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tim Penyusun
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: BalaiPustaka.
Widagdo,
Djoko. 1994. IlmuBudayaDasar. Jakarta: Bumi Aksara.
[1] Kartono,
Kartini, dan dr. Jenny Andari, Hiegine Mental Dan Kesehatan Mental Dalam
Islam, (Bandung : Manadar Maju, 1989), Hlm. 13
[3] Tim Penyusun
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: BalaiPustaka, 1989), Hlm. 927
[6]Kartono,
Kartini, dan dr. Jenny Andari, Hiegine Mental Dan Kesehatan Mental Dalam
Islam, (Bandung : Manadar Maju, 1989), Hlm. 4
[13] M. Shodiq Mustika dan Rusdin S. Rauf,
Keajaiban Shalat Tahajjud, (Jakarta: Qultum Media, 2009), hlm. 13
[14] Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur‟an
dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2010), hlm. 290
[21] Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), Hlm. 67
[22] Sutrisno Hadi, Statistik Jilid II,
(Yogyakarta: Yayasan penerbitan fakultas Psikologi UGM, 1977), Hlm. 221
[24] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), Hlm. 236
[26] Burhan
Bungin, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: Airlangga University
Press, 2001),
133