Selasa, 06 Juni 2017

Contoh Proposal

PENGARUH PELAKSANAAN SHOLAT TAHAJUD TERHADAP KETENANGAN JIWA MAHASISWA BIDIKMISI PUTRA ANGKATAN 2015 DAN 2016

PROPOSAL
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester (UAS)
Mata Kuliah: Pelatihan Karya Tulis Ilmiah
Dosen Pengampu: Irzum Farihah, S.Ag. M.Si




Disusun Oleh:
Muhammad Ashim Abdul Jalil
1530210021

                                                                                                                                                             PROGRAM STUDI ILMU AQIDAH
JURUSAN USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2017





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Kehidupan modern yang keras dan kompetitif banyak menimbulkan stress. Apalagi bagi mereka yang hidup dengan tingkat mobilitas yang tinggi. Jalanan yang macet, persaingan dalam usaha dan karir yang keras, serta beban hidup yang semakin berat menyumbangkan kadar stress yang tinggi terhadap setiap orang. Bila seseorang merasakan suatu perasaan yangtidak menentu, panik,  takut tanpa mengetahui apa yang ditakuti dan tidak dapat segera mengatasi atau ketidakmampuan menghilangkan perasaan cemas dan menggelisahkan itu, maka ia dapat dikatakan sedang mengalami gangguan mental atau ketidaksehatan mental yaitu ketidakmampuan individu dalam menghadapi realitas yang membuahkan banyak konflik mental pada dirinya.[1]
Jiwa yang tidak tenang atau cemas menurut Freud (1933/1964) adalah suatu keadaan perasaan efektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Keadaan yang tidak menyenangkan itu sering kabur dan sulit menunjuk dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri selalu di rasakan.[2]
Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif justru malah akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan.
Selain shalat fardhu, Islam juga menganjurkan manusia untuk melaksanakan shalat sunnah. Diantara sholat sunnah yang sangat dianjurkan salah satunyaadalah sholat tahajud. Sholat sunnah ini adalah amalan yang sangat besar pahala dan manfaatnya jika dilaksanakan oleh seorang muslim. Diantara manfaatnya yaitu untuk menghilangkan perasaan tidak tenang, cemas, atau pun stres. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ar-Ra’d ayat 28, yang aartinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Berawal dari latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil sebuah judul: “Pengaruh Sholat Tahajud Terhadap Ketenangan Jiwa Mahasiswa Bidikmisi Putra Angkatan 2015 Dan 2016.”

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut maka untuk memberikan arahan operasional dalam rangka mengupayakan penentuan langkah-langkah penarikan kesimpulan secara nyata. Maka secara operasional penulis merumuskan beberapa pokok-pokok masalah sebagai berikut:  
1.       Bagaimana pengaruh Sholat Tahajud terhadap ketenangan jiwa mahasiswa Bidikmisi putra angkatan 2015 dan 2016 ?

C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian kali ini adalah untuk:
1.      Mengetahui pengaruh Sholat Tahajud terhadap ketenangan jiwa mahasiswa Bidikmisi putra angkatan 2015 dan 2016.

D.    Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat di tinjau secara praktis, yaitu jika sholat Tahajud berpengaruh terhadap ketenangan jiwa mahasiswa Bidikmisi putra angkatan 2015 dan 2016 berarti sholat Tahajud disini dapat digunakan sebagai alat intervensi dalam menurunkan tingkat kecemasan mahasiswa Bidikmisi putra angkatan 2015 dan 2016.




BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Deskripsi Teori
1.      Ketenangan Jiwa
a.       Pengertian ketenangan jiwa
Tenang adalah keadaan tidak gelisah, tidak rusuh, tidak kacau, tidak ribut, aman dan tenteram, (tentang perasaan hati, keadaan dsb).[3] Jiwa adalah nyawa seluruh kehidupan batin manusia yang terjadi dari perasaan, pikiran, angan-angan dsb. [4]An nafs (jiwa) artinya adalah diri. Sifat yang labil yang yaitu sifat yang mengalami degradasi bolak-balik, seperti resah, terkadang tenang, bahagia, sesaat kemudian sedih. An nafs ialah jiwa rohani yang bersifat latif, rabbani, dan kerohanian.
Menurut pandangan Zakiah Daradjat bahwa kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara faktor jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.[5]
Menurut Kartini Kartono (1989: 4) orang yang jiwanya tenang selalu berusaha bagaimana cara orang memecahkan segenap keruwetan batin manusia yang ditimbulkan oleh macam-macam kesulitan hidup, serta berusaha mendapatkan kebersihan jiwa, tidak terganggu oleh macam-macam ketegangan, ketakutan serta konflik.[6]
Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa orang yang sehat mentalnya atau tenang jiwanya adalah orang yang memiliki keseimbangan dan keharmonisan di dalam fungsi-fungsi jiwanya, memiliki kepribadian yang terintegrasi dengan baik, dapat menerima sekaligus menghadapi realita yang ada, mampu memecahkan segala kesulitan hidup dengan kepercayaan diri dan keberanian serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
b.      Ciri-ciri orang yang memiliki ketenangan jiwa
Dari beberapa pengertian ketenangan jiwa di atas dapat kita ketahui bahwa orang yang tenang jiwanya memiliki ciri-ciri diantaranya sebagai berikut:
1.      Pecaya Kepada Tuhan / Beriman Kepada Allah
Agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia, yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, kelakuan dan cara menghadapi tiap-tiap masalah.[7] Orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT secara benar, di dalam hatinya tidak akan diliputi rasa takut dan gelisah. Ia merasa yakin bahwa keimanan dan ketaqwaannya itu aklan membawa kelegaan dan ketenangan batinnya.
2.      Selalu bersyukur dan menerima keadaan
Orang yang tenang hatinya akan selalu mesyukuri dengan apa yang diberikan dan yang dimilikinya maka ia pun akan selalu berusaha untuk bisa menerimanya.
3.      Selalu berfikiran positif
Pola pikir positif adalah cara berpikir yang optimis terhadap lingkungan dan diri sendiri. Individu yang biasa berfikir positif tidak akan mudah menyalahkan diri sendiri maupun lingkungan apabila terjadi kesalahan.
Berfikir positif mempunyai pengaruh yang positif terhadap kondisi psikologis, daya tahan stres, kesehatan fisik, dan merupakan suatu metode yang baik untuk menghadapi stres.[8]
4.      Berusaha memecahkan setiap masalah yang dihadapi dengan tenang
Seseorang yang jiwanya tenang ia tidak akan gelisah sebab ia mampu mengendalikan atau menghadapi problema yang terjadi. Orang yang gelisah menandakan bahwa ia belum mampu menghadapi masalah yang terjadi pada dirinya. Hati yang tidak tenang atau gelisah harus diatasi. Dengan mengupayakannya untuk tetap bersikap dan berfikir tenang dalam menghadapi setiap masalahnya. Dengan selalu bersikap dan berfikir tenang lambat laun ketenangan jiwa itu akan dimiliki.[9]
5.      Mampu menyesuaikan diri
Dalam hidup bermasyarakat seseorang harus menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya yaitu, membangun dan mengembangkan dirinya sendiri secara serasi dalam masyarakat tersebut.
6.      Mampu menahan amarah
Orang yang mampu menahan amarahnya ia akan merasakan keamanan menyelimuti hari-harinya, sehingga ia menjadi tenang. Karena amarah menimbulkan suatu akibat yang secara psikologis akan merusak ketenangan pikiran atau kedamaian batin seseorang.[10]
2.      Sholat Tahajud
a.       Pengertian sholat Tahajud
Tahajjud artinya bangun dari tidur. Dalam terminologi al-Qur‟an, tahajjud adalah ibadah tambahan (nafilah) yang dilakukan pada malam hari, baik di awal, tengah, atau akhir malam.[11]
Shalat tahajjud artinya shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam hari setelah tidur lebih dahulu walaupun tidurnya hanya sebentar. syafi‟I berkata: ”shalat malam dan witir baik sebelum atau sesudah tidur dinamai tahajjud. Orang yang melaksanakan shalat tahajjud disebut mutahajjid.[12]
Muhammad Shalih Ali Abdillah Ishaq dalam kitab Kaifa Tatahammas Liqiiyamil Lail, menyamakan Tahajjud dengan Qiyamul Lail. Jadi, Tahajjud atau Qiyamul lail adalah menghidupkan malam (terutama pada akhir malam) dengan shalat tahajjud, atau mengaji al-Qur‟an, atau segala aktivitas lain yang bernilai ibadah.[13]
Dari pendapat diatas sholat tahajud adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam hari setelah tidur lebih dahulu walaupun tidurnya hanya sebentar.
b.      Hukum sholat Tahajud
Para ulama‟ sepakat bahwa hukum shalat tahajjud bagi kaum muslimin adalah sunnah muakkad (sunnah yang ditekankan). Hal ini berdasarkan nash dari al-Qur‟an, sunnah dan ijma‟ kaum muslimin. Diantara dalil yang menunjukkan bahwa hukum shalat tahajjud adalah sunnah diantaranya, Firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Isra:79, yang artinya: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.”[14]
Shalat tahajjud wajib atas Rasulullah sebagai pengagungan kepada Beliau. Kewajiban ini merupakan kekhususan bagi Beliau dan tidak berlaku pada yang lainnya. Hal ini berdasarkan firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Muzammil: 1-4, yang artinya: “Hai orang yang berselimut (Muhammad), Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.”
c.       Jumlah bilangan sholat tahajud
Tidak ada ketentuan dan batasan pasti mengenai jumlah raka‟at shalat tahajjud Rasulullah berbeda-beda. Kadang beliau mengerjakan sebanyak tiga belas raka‟at termasuk shalat witir. Berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Zaid bin Khalid dan Ibnu Abbas, berkata: “ Kami disuruh oleh Rasulullah Saw. melakukan shalat malam dan supaya menggemarinya sehingga Rasulullah Saw. mengatakan‟ Lakukan shalat malam sekalipun satu raka‟at‟, (HR Ath-Thabrani).[15]
Amat beragam bilangan rakaat dan model shalat tahajjud yang dijalankan oleh Rasulullah Saw. berikut ini diuraikan hanya beberapa model yang dipandang bersumber pada hadis yang shahih dan terkenal dikalangan kaum Muslimin. Ketiga hadis ini menunjukkan bervariasinya bilangan rakaat dan model yang ditempuh Rasulullah Saw. dalam menjalankan shalat tahajjud. Rasulullah Saw. pernah shalat tahajjud sebelas rakaat: sepuluh rakaat shalat tahajjud, dengan tiap-tiap dua rakaat salam, dan witir satu rakaat.[16]
d.      Etika/adab melaksanakan sholat Tahajud
Terdapat beberapa etika yang perlu diperhatikan oleh orang yang hendak melaksanakan shalat tahajjud. Etika itu adalah sebagai berikut:
1.      Wudhu dan berdo‟a sebelum tidur.
Wudhu sebelum tidur merupakan sunnah Rasulullah. Berdasarkan hadist yang artinya: Nabi Saw. bersabda kepada Al Bara‟ bin „Azib r.a: Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka berwudhulah seperti wudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah diatas lambungmu yang kanan…..”(Muttafaqun ‘alaihi: 6311, 6882).[17]
2.      Berniat akan melakukan shalat tahajjud ketika akan tidur. Ini sesuai dengan sabda Nabi Saw: “Barangsiapa mau tidur dan berniat akan bangun melakukan shalat malam, lalu ia tertidur sampai pagi hari, mereka dituliskan apa yang diniatkan itu merupakan sedekah untuk Tuhan, (HR. Ibnu Majah dan Nasa‟I).
3.      Membersihkan bekas tidur dari wajahnya, kemudian bersuci dan memandang ke langit sambil berdo‟a dan membaca akhir surah Ali-Imran.
4.      Membuka shalat tahajjud dengan shalat iftitah.
5.      Hendaknya membangunkan keluarganya untuk bersama-sama shalat tahajjud.
6.      Jika mengantuk sebaiknya shalatnya dihentikan saja sampai kantuknya hilang.
7.      Jangan memaksakan diri dan hendaklah shalat tahajjud dijalankan sesuai dengan kesanggupannya. Karena itu mengondisikan diriadalah cara yang baik. Karena, bila sudah terbiasa bangun ditengah malam, rasa berat dan kantuk akan tidak ada.
8.      Sangat dianjurkan pada waktu malam untuk banyak memohon (berdo‟a) dan istighfar kepada Allah SWT. Khususnya sepertiga malam (yakni beberapa jam menjelang waktu fajar).
e.       Manfaat dan hikmat melaksanakan sholat tahajud
Berikut adalah manfaat, tujuan, atau makna anjuran Allah Swt. kepada kita agar mengerjakan shalat sunnah tahajjud pada malam hari, diantaranya sebagai berikut:
1.      Orang yang shalat tahajjud akan memperoleh macam-macam nikmat yang menyejukkan pandangan mata (QS 32: 16-17).
2.      Memperoleh tempat yang terpuji, maqamam mahmuda, baik didunia maupun diakhirat, disisi Allah Swt.
3.      Dihapuskan segala dosa dan kejelekannya dan terhindar dari penyakit. (HR At-Tirmidzi).[18]
4.      Shalat sunnah tahajjud merupakan pelengkap bagi shalat fardhu.
5.      Shalat sunnah tahajjud merupakan cara, sarana, metode, atau jalan untuk memohon kepada Allah Swt. sesuai dengan keperluan masing-masing.
6.      Shalat sunnah tahajjud juga dimaksudkan untuk memuji kebesaran Allah Swt.
7.      Shalat sunnah tahajjud merupakan shalat tambahan yang berfungsi meningkatkan pendekatan dan kedekatan kita kepada Allah Swt.
8.      Menyehatkan raga
Selain pahala besar yang bisa dinikmati kelak di akhirat, Allah juga memberi karunia luar biasa bagi para pengamal shalat tahajud salah satunya adalah kesehatan raga. Rasulullah SAW bersabda:
“Lakukanlah shalat malam karena itu adalah tradisi orang-orang shaleh sebelum kalian, sarana mendekatkan diri kepada Allah, pencegah dari perbuatan dosa, penghapus kesalahan, dan pencegah segala penyakit dari tubuh” (HR, Tirmidzi).
9.      Menenangkan jiwa
Orang yang menegakkan qiyamul lail akan terpelihara dari gangguan setan sehingga bangun di pagi hari dalam keadaan segar dan bersih jiwanya. Jiwa yang baik adalah jiwa yang memiliki hati yang memiliki kecenderungan ke arah kesucian ruh. Dalam pandangan Islam, setiap hati manusia itu memiliki dua kecenderungan, yakni kecenderungan kearah kesucian (ruh) dan kecenderugnan ke arah kekotoran (tubuh). Jiwa yang baik merupakan jiwa yang selalu berpusat pada Allah SWT.[19]
10.  Merawat kecantikan dan ketampanan
Melalui terapi shalat tahajud, seseorang akan mampu meraih apa yang didambakannya berupa kecantikan dan ketampanan. Jaminan ketampanan atau kecantikan yang dihasilkan dari shalat tahajud tidak terbatas pada tampilan lahir, tetapi juga menghasilkan ketampanan atau kecantikan batin. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang banyak menunaikan shalat malam maka wajahnya akan terlihat tampan atau cantik di siang hari” (HR. Ibnu Majah).

B.     Hasil Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah literatur serta hasil penelitian yang ada relevensinya terhadap skripsi yang akan diteliti, sebagai bahan pertimbangan dalam mengupas berbagai masalah yang ada. Diantaranya adalah:
1.      Skripsi Arifah Puji Handayu, mahasiswi jurusan Tarbiyah, PRODI PAI, STAIN Salatiga, tahun 2012, dengan judul: “Hubungan Antara Intensitas Melaksanakan Shalat Tahajud dengan Ketenangan Jiwa Mahasiswa Pengurus Lembaga Dakwah Kampus STAIN Salatiga.
Menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara intensitas melaksanakan shalat tahajud dengan ketenangan jiwa. Setelah data dianalisis menggunakan rumus teknik korelasi product moment dan diperoleh rxy sebesar 0.440 kemudian dikonsultasikan dengan tabel product moment dengan N = 34 pada taraf signifikan 1% sebesar 0,436. Maka dari itu berarti rxy lebih besar dari nilai tabel 0,436> 0,440.

C.    Kerangka Berpikir
Shalat tahajjud artinya shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam hari setelah tidur lebih dahulu walaupun tidurnya hanya sebentar. Waktunya yaitu mulai ba’da Isya’ sampai sebelum subuh. Dan waktu yang paling utama adalah sepertiga malam yang terakhir, yaitu jam 1 sampai jam 3 malam. Hikmah atau manfaat melakukan sholat tahajud selain membuat hati dan jiwa menjadi tenang yaitu dapat meningkatkan kecerdasan. Sepertiga malam yang terakhir adalah waktu yang paling baik belajar dan menghafal.
Ketenangan jiwa adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara faktor jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Orang yang tenang jiwanya tidak akan resah dan gelisah. Ia akan selalu bersikap dingin dan berpikir positif yang dicerminkan dalam perilakunya sehari-hari.
Dari uraian diatas, diduga sholat tahajjud begitu berpengaruh terhadap ketenangan jiwa mahasiswa Bidikmisi putra angkatan 2015 dan 2016. Karena orang yang bisa bangun malam hanya sedikit dan termasuk orang-orang pilihan. Orang yang bangun pada malam hari untuk melaksanakan sholat tahajud adalah orang yang memiliki ketenangan hati yang sangat tinggi, karena malam adalah waktu yang paling baik untuk menenangkan diri, karena suasana yang tenang dan sunyi.
D.    Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data permasalahan yang terkumpul.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1.       Ada pengaruh yang signifikan antara sholat Tahajud terhadap ketenangan jiwa mahasiswa Bidikmisi putra angkatan 2015 dan 2016.
2.       Pelaksanaan sholat Tahajud lebih baik dalam meningkatkan ketenangan jiwa mahasiswa Bidikmisi putra angkatan 2015 dan 2016.




BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Tempat dan Waktu Penelitian
1.      Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di STAIN Kudus, yang beralamatkan di Jl. Conge, Ngembal Rejo, Bae, Kudus.
2.      Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu dari tanggal 1 mei 2017 sampai 30 mei 2017.

B.     Jenis Penelitian
Sejalan dengan tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, Maka penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti disini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu menekankan pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metoda kuantitatif akan diperoleh signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti.[20]

C.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.[21] Sedangkan menurut Sumanto populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi subyek penelitian dan elemen populasi itu satuan analisis.
Dalam penelitian ini penulis mengambil populasi seluruh mahasiswa Bidikmisi putra angkatan 2015 dan 2016 yang berjumlah 47. Angkatan 2015 ada 22 orang, angkatan 2016 ada 25 orang.
2.      Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi untuk mewakili dari seluruh populasi.[22] Apabila subjek yang diteliti kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua. Sedangkan jika jumlah subyek lebih dari 100 maka dapat diambil 10-15% atau 20-50% atau lebih.
Jumlah mahasiswa yang menjadi objek penelitian ini adalah 47 orang, itu artinya kurang dari  100. Maka dari itu, peneliti mengambil sampel 47 mahasiswa Bidikmisi putra angkatan 2015 dan 2016.

D.    Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1.      Variabel bebas: Sholat Tahajud
a.       Definisi
1)      Sholat Tahajud adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam hari setelah tidur lebih dahulu walaupun tidurnya hanya sebentar. Waktunya yaitu mulai ba’da Isya’ sampai sebelum subuh.
b.      Indikator: angket yang disusun berdasarkan indikator yang telah disebutkan dalam bab II
c.       Skala pengukuran: ordinal (menggunakan angket)
2.      Variabel terikat: ketenangan jiwa
a.       Definisi
Ketenangan jiwa yaitu keadaan jiwa yang ditandai dengan terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara unsur-unsur kejiwaan, adanya kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Selain itu keadaan resah, gelisah, dan strees adalah tanda jiwa yang sedang tidak sehat.
b.      Indikator: angket yang disusun berdasarkan indikator yang telah disebutkan dalam bab II
c.       Skala pengukuran: ordinal (menggunakan angket)
E.     Metode Pengumpulan Data
Adapun dalam memperoleh data, penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut :
1.       Metode Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.[23]
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data pelaksanaan shalat tahajud mahasiswa Bidikmisi putra angkatan 2015 dan 2016.
2.       Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto, dokumentasi yaitu laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu, dan tertulis dengan sengaja untuk menyimpan keterangan atau merumuskan keterangan mengenai peristiwa untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan dan buku.[24]
Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui jumlah mahasiswa dan  data tentang riwayat hidup dari objek penelitian. Catatan kesehatan atau riwayat penyakit juga dibutuhkan dalam penelitian ini. Ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebelumnya sampel pernah mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan atau tidak.
3.       Metode Observasi.
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala-gejala yang nampak pada obyek penelitian. Observasi dilakukan dengan cara melihat dan merasakan situasi dan kondisi pada saat penelitian.[25]
Metode observasi ini digunakan untuk mencari data tentang pelaksanaan sholat Tahajud terhadap ketenangan jiwa mahasiswa Bidikmisi putra angkatan 2015 dan 2016.
4.       Metode wawancara
wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden (orang yang diwawancarai).[26]
Interview ini dilakukan oleh peneliti dengan responden yang dapat menunjang pelaksanaan penelitian yang bertujuan mencari informasi. Adapun metode wawancara ini peneliti pergunakan untuk memperoleh data tentang hal-hal yang dialami mahasiswa Bidikmisi putra angkatan 2015 dan 2016.

F.     Prosedur Penelitian
Di bawah ini adalah bagan bagaimana proses penelitian dilaksanakan:

G.    Analisis Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.[27]
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket dibuat untuk mendapatkan data mengenai pelaksanaan sholat tahajud, dan keadaan jiwa dari sampel penelitian.
Instrumen yang bagus adalah instrumen yang valid dan reliabel. Valid artinya terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Sedangkan reliabel adalah keadaan ajeg, yaitu apabila digunakan berkali-kali tetap menunujukkan hasil yang sama.[28]



DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2007. Metoda Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bungin, Burhan.  2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press.
Daradjat, Zakiyah. 1982. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.
Departemen Agama RI. 2010. Al-Hikmah Al-Qur‟an dan Terjemah. Bandung: CV Penerbit Diponegoro.
Hadi, Sutrisno. 1977. Statistik Jilid II. Yogyakarta: Yayasan penerbitan fakultas Psikologi UGM.
Kartono, Kartini, dan dr. Jenny Andari, 1989. Hiegine Mental Dan Kesehatan Mental Dalam Islam. Bandung : Manadar Maju.
Mualifah. 2009. Psycho Islamic Smart Parenting. Yogyakarta: Diva Press.
Mubarak, Saiful Islam. 2005. Risalah dan Mabit Shalat Malam. Bandung: Syaamil. 
Muhyidin, Muhammad. 2009. MisteriSholatTahajjud. Yogyakarta : DIVA Press,.
Mustika, M. Shodiq. 2008. Lejitkan Semua Kecerdasan Melalui Shalat. Jogjakarta: DIVA Perss.
Nuruddin, M. Yazid. 2009. Keistimewaan Shalat Tahajjud. Insan Media.
Purwanto dan Mulyono. 2006. PsikologiMarah. Bandung : PT. Refika Aditama.
Semiun OFM, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.
Sholeh, Moh. 2006. Terapi Shalat Tahajud. Jakarta: PT. Mizan Publika.
Silalahi, Gabril Amin. 2003. Metodologi Penelitian Studi Kasus. Sidoarjo: CV. Citramedia.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka.
Widagdo, Djoko. 1994. IlmuBudayaDasar. Jakarta: Bumi Aksara.




[1] Kartono, Kartini, dan dr. Jenny Andari, Hiegine Mental Dan Kesehatan Mental Dalam Islam, (Bandung : Manadar Maju, 1989), Hlm. 13
[2] Semiun OFM, Yustinus, Kesehatan Mental 2, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), Hlm. 87
[3] Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 1989), Hlm. 927
[4] Ibid, hlm. 364
[5] Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental (Jakarta: Gunung Agung, 1982), Hlm. 13
[6]Kartono, Kartini, dan dr. Jenny Andari, Hiegine Mental Dan Kesehatan Mental Dalam Islam, (Bandung : Manadar Maju, 1989), Hlm. 4
[7] Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental (Jakarta: Gunung Agung, 1982), Hlm. 52
[8] Mualifah, Psycho Islamic Smart Parenting, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), Hlm. 71
[9] Djoko Widagdo, IlmuBudayaDasar, (Jakarta: BumiAksara, 1994), Hlm. 163
[10] Purwanto dan Mulyono, PsikologiMarah, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2006), Hlm. 43
[11] Saiful Islam Mubarak, Risalah dan Mabit Shalat Malam, (Bandung: Syaamil, 2005), hlm. 18 
[12] Dr. Moh. Sholeh, Terapi Shalat Tahajjud, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2007), hlm. 130 
[13] M. Shodiq Mustika dan Rusdin S. Rauf, Keajaiban Shalat Tahajjud, (Jakarta: Qultum Media, 2009), hlm. 13 
[14] Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur‟an dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2010), hlm. 290
[15] Dr. Moh. Sholeh, Terapi Shalat Tahajjud, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2007), hlm. 135-136 
[16] Dr. Moh. Sholeh, Terapi Shalat Tahajjud, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2007), hlm. 136 
[17] M. Yazid Nuruddin, Keistimewaan Shalat Tahajjud (Insan Media, 2009), hlm. 65
[18] Dr. Moh. Sholeh, Terapi Shalat Tahajjud, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2007), hlm. 143
[19] Muhammad Muhyidin, MisteriSholatTahajjud, (Yogyakarta : DIVA Press, 2009), Hlm. 149
[20] Saifuddin Azwar, Metoda Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 5
[21] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), Hlm. 67
[22] Sutrisno Hadi, Statistik Jilid II, (Yogyakarta: Yayasan penerbitan fakultas Psikologi UGM, 1977), Hlm. 221
[23] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), Hlm. 199
[24] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), Hlm. 236
[25] Gabril Amin Silalahi, Metodologi Penelitian Studi Kasus, (Sidoarjo: CV. Citramedia, 2003), 64
[26] Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: Airlangga University Press, 2001),
133
[27] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 2002, hal. 136.
[28] Sugiyono, Metodologi Penelitian. 2001, hal 24.